Kamis, 02 Januari 2014

Ubi Kayu (Budidaya Tanaman Semusim)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    SEJARAH SINGKAT
Ubi kayu atau ketela pohon atau Cassava sudah lama dikenal dan ditanam oleh penduduk di dunia. Hasil penelusuran para pakar botani dan pertanian menunjukkan bahwa tanaman ubi kayu berasal dari kawasan benua Amerika beriklim tropis. Nikolai Ivanovich Vavilov seorang ahli botani Soviet, memastikan sentrum (tempat asal) tanaman ubi kayu adalah Berazil (Amerika Selatan).
Penyebaran pertama kali ubikayu terjadi antar lain, ke Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok dan beberapa negara yang terkenal daerah pertaniannya. Selanjutnya tanaman ubi kayu masuk ke wilayah Indonesi kurang lebih pada abad ke-18. Tepatnya pada tahun 1852 yang didatangkan dari Suriname untuk dikoleksikan di Kebun Raya Bogor.
Penyebaran tanaman ubi kayu ke seluruh wilayah Nusantara terjadi pada tahun 1914 – 1918. Waktu itu Indonesi kekurangan bahan pangan (makanan) beras, sehingga sebagai alternatif pengganti makanan pokok diperkenalkanlah ubi kayu. Pada tahun 1986 indonesi menjadi negara penghasil ubi kayu terbesar ke-5 di dunia.
Indonesia menjadikan ubi kayu sebagai makanan pokok no tiga setelah pad dan jagung. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas kesemua profinsi di Indonesia. Daerah sentrum produksi ubi kayu yang masuk lima besar terluas areal panennya tahun 1991 adalah provinsi Jawa Timur (295,244 ha), Jawa Tengah (272,912 ha), Jawa Barat (160,215 ha), Lampung (144,487 ha), dan NTT (73,929 ha).
Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang sangkil didunia ditunjukkan dengan fakta bahwa tiap tahun 300 juta ton ubi – ubian dihasilkan dunia dan dijadikan bahan makanan sepertiga penduduk di negara – negara tropis. Sekitar 45% dari total produksi ubi – ubian dunia langsung dikonsumsi oleh produsen sebagai sumber kalori di beberapa negara.

B.     RUMUSAN MASALAH
-       Seperti apa taksonomi dan morfologi ubi kayu ?
-       Apa saja varietas ubi kayu ?
-       Bagaimana cara budidaya tanaman ubu kayu ?
-       Hama dan penyakit apa saja yang menyerang tanaman ubi kayu, serta bagaimana pengendaliannya ?
-       Bagaimana cara panen dan pasca panen ubi kayu ?

C.    TUJUAN PENULISAN
-       Mengetahui taksonomi dan morfologi ubi kayu.
-       Mengetahui jenis varietas ubi kayu.
-       Mengetahui cara budidaya tanaman ubu kayu.
-       Mengetahui hama dan penyakit yang menyerang tanaman ubi kayu, serta cara pengendaliannya.
-       Mengetahui cara panen dan pasca panen ubi kayu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    TAKSONOMI DAN MORFOLOGI
Ubi kayu memiliki banyak naman daerah, diantaranya adalah ketela pohon, singkong, ubi jenderal, ubi inggris, telo puhung, kasape, bodin, telo jenderal (Jawa), sampeu, huwi dangdeur, huwi jendral (Sunda), kasbek (Ambon), dan ubi perancis (Padang).
Tanaman ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom                   : Plantae
Divisi                                    : Spermatophyta
Subdivisi                   : Angiospermae
Kelas                         : Dicotyledonae
Ordo                         : Euphorbiales
Famili                        : Manihot
Spesies                      : Manihot esculenta Crantz. sin. Utilissima Pohl.
Batang tanaman ubi kayu berkayu, beruas – ruas, dan panjang, yang ketinggiannya dapat mencapai 3 meter atau lebih. Warna batang bervariasi, tergantung kulit luar, tetapi batang yang masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi keputih – putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu. Empulur batang berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus.
Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan canggap 5 – 9 helai. Daun ubi kayu biasanya mengandung racun asam sianida atau asam biru, terutama daun yang masih muda (pucuk).
Bunga tanaman ubi kayu termasuk monoeceus (berumah satu) dan proses penyerbukannya bersifat silang. Penyerbukan tersebut akan menghasilkan buah yang bebentuk agak bulat, didalamnya berkotak – kotak berisi 3 butir biji. Di dataran rendah, tanaman ubi kayu jarang berbuah. Biji ubi kayu digunakan sebagai bahan perbanyakan generatif, terutama dalam skala penelitian atau pemuliaan tanaman.
Ubi kayu yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat cadangan makanan. Bentuk ubi kayu biasanya bulat memanjang, daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap, dan tiap tanaman dapat menhasilkan 5 – 10 ubi. Ubi mengandung asam sianida berkadar rendah sampai tinggi.
B.     VARIETAS
Tiap varietas ubi kayu mempunyai karakteristik tersendiri, terutama dalam penampilan morfologi tanaman, seperti daun, batang, dan ubi. Deskripsi beberapa varietas ubi kayu dapat disimak dibawah ini :
ADIRA 1
Dilepas tahun                          : 1978
Nomor seleksi klon                 : W-78
Asal                                         : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957
Hasil rata-rata                          : 22 t/ha umbi basah
Umur                                       : 7–10 bulan
Tinggi batang                          : 1–2 m
Bentuk daun                           : Menjari agak lonjong
Warna pucuk daun                  : Coklat
Warna tangkai daun                : Merah (bagian atas), Merah muda (bagian bawah)
Warna batang muda                : Hijau muda
Warna batang tua                    : Coklat kuning
Warna kulit umbi                    : Coklat (bagian luar), Kuning (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Kuning
Kualitas rebus                        : Baik
Rasa                                        : Enak
Kadar tepung                          : 45%
Kadar protein                         : 0,5% (basah)
Kadar HCN                            : 27,5 mg
Ketahanan thd hama               : Agak tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)
Ketahanan thd penyakit          : Tahan terhadap bakteri hawar daun, Pseudomon solanacearum, dan Xanthomonas manihotis

ADIRA 2
Dilepas tahun                          : 1978
Nomor seleksi klon                 : W-236
Asal                                         : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957
Hasil rata-rata                          : 22 t/ha umbi basah
Umur                                       : 8–12 bulan
Tinggi batang                          : 2–3 m
Bentuk daun                           : Menjari agak lonjong dan gemuk
Warna pucuk daun                  : Ungu
Warna tangkai daun                : Merah muda (bagian atas), Hijau muda (bagian bawah)
Warna tulang daun                  : Merah muda (bagian atas), Hijau muda (bagian bawah)
Warna batang muda                : Hijau muda
Warna batang tua                    : Putih coklat
Warna kulit umbi                    : Putih coklat (bagian luar), Ungu muda (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Agak pahit
Kadar tepung                          : 41%
Kadar protein                          : 0,7% (basah)
Kadar HCN                            : 124 mg/kg
Ketahanan thd hama               : Cukup tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)
Ketahanan thd penyakit          : Tahan penyakit layu (Pseudomonas solanacearum)


ADIRA 4
Dilepas tahun                          : 1987
Nomor seleksi klon                 : W-31
Asal                                         : Persilangan bebas, induk betina BIC 528 (MUARA)
Hasil rata-rata                          : 35 t/ha
Umur                                       : 10 bulan
Tinggi batang                          : 1,5–2,0 m
Bentuk daun                           : Biasa, agak lonjong
Warna pucuk daun                  : Hijau
Warna tangkai daun                : Bagian atas merah kehijauan (muda hijau kemerahan), Bagian bawah hijau muda
Warna tulang daun                  : Bagian atas merah muda, Bagian bawah hijau muda
Warna batang muda                : Hijau
Warna batang tua                    : Abu-abu
Warna kulit umbi                    : Coklat (bagian luar), Ros (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih
Kualitas rebus                                     : Bagus tetapi agak pahit
Rasa                                        : Agak pahit
Kadar tepung                          : 18–22%
Kadar protein                          : 0,8–22%
Kadar HCN                            : ± 68 mg/100 g
Ketahanan thd hama               : Cukup tahan tungau merah (Tetranichus bimaculatus)
Ketahanan thd penyakit          : Tahan terhadap Pseudomonas solanacearum dan Xanthomonas manihotis

MALANG 1
Dilepas tanggal                       : 3 November 1992
SK Mentan                              : 623/Kpts/TP.240/11/92
Nomor seleksi                         : MLG 10212
Asal                                         : Hasil persilangan CM 1015 19 x CM 849-1
Potensi hasil                            : 36,5 (24,3–48,7) t/ha umbi segar
Umur tanaman                        : 9–10 bulan
Tinggi batang                          : 1,5–3,0 m
Bentuk daun                           : Menjari agak gemuk
Warna pucuk daun                  : Hijau keunguan
Warna tangkai daun tua          : Bagian atas hijau kekuningan dengan becak merah ungu dibagian pangkal bagian bawah hijau kekuningan dengan becak merah ungu di bagian pangkal
Warna batang muda                : Hijau muda
Warna batang tua                    : Hijau keabu-abuan
Warna kulit umbi                    : Putih kecoklatan (bagian luar) Putih kecoklatan (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih kekuningan
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Enak (manis)
Kadar tepung                          : 32–36%
Kadar protein                          : 0,5% (umbi segar)
Kadar HCN                            : <40 mg/kg (metode asam pikrat)
Ketahanan thd hama               : Toleran tungau merah (Tetranichus sp.)
Ketahanan thd penyakit          : Toleran becak daun (Cercospora sp.)
Keterangan                              : Daya adaptasi cukup luas
Pemulia                                   : Koes Hartojo, Yudi Widodo, Soemarjo Puspodarsono, dan Bambang Guritno

MALANG 2
Dilepas tanggal                       : 3 November 1992
SK Mentan                              : 624/Kpts/TP.240/11/92
Nomor seleksi                         : MLG 10209
Asal                                         : Hasil persilangan CM 922-2 x CM 507-37
Potensi hasil                            : 31,5 (20–42) t/ha umbi segar
Umur tanaman                        : 8–10 bulan
Tinggi batang                          : 1,5–3,0 m
Bentuk daun                           : Menjari dengan cuping sempit
Warna pucuk daun                  : Hijau muda kekuningan
Warna tangkai daun tua          : Bagian atas hijau muda kekuningan muda, bagian bawah hijau
Warna batang muda                : Hijau muda
Warna batang tua                    : Coklat kemerahan
Warna kulit umbi                    : Coklat kemerahan (bagian luar) Putih kecoklatan (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Kuning muda
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Enak (manis)
Kadar tepung                          : 32–36%
Kadar protein                          : 0,5% (umbi segar)
Kadar HCN                            : <40 mg/kg (metode asam pikrat)
Ketahanan thd hama               : Agak peka tungau merah (Tetranichus sp.)
Ketahanan thd penyakit          : Toleran becak daun (Cercospora sp.) dan hawar daun (Cassava Backterial Blight)
Pemulia                                   : Yudi Widodo, Koes Hartojo, Soemarjo Puspodarsono, dan Bambang Guritno

DARUL HIDAYAH
Dilepas tahun                          : 4 November 1998
SK Mentan                              : 867/Kpts/TP.240/11/98
Nama daerah                           : Ubikayu lokal Darul Hidayah
Asal tanaman                          : dari biji hasil okulasi antara ubikayu lokal sebagai batang atas (Scion) dengan ubi kayu karet sebagai batang bawah (stock)
Potensi hasil                            : 102,10 t/ha umbi segar
Umur panen                            : 8–12 bulan
Tinggi tanaman                       : 3,65 m
Bentuk daun                           : Menjari agak ramping
Tipe tajuk                                : Bercabang sangat ekstensif hingga cabang keempat
Warna pucuk daun                  : Hijau agak kekuningan
Warna tangkai daun tua          : Merah
Warna batang muda                : Hijau
Warna batang tua                    : Putih
Kulit air batang                       : Tipis mudah mengelupas (tidak tahan disimpan lama)
Warna kulit umbi                    : Putih kecoklatan (bagian luar), Merah jambu (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih
Tekstur daging umbi               : Padat
Bentuk umbi                           : Memanjang
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Kenyal seperti ketan (baik untuk pembuatan keripik)
Kadar pati                               : 25,0–31,5%
Kadar air                                 : 55,0–65,0%
Kadar serat                              : 0,96%
Kadar abu                               : 0,67%
Kadar HCN                            : Rendah (<40 mg/kg dengan metode asam pikrat)
Ketahanan thd hama               : Agak peka tungau merah (Tetranichus sp.)
Ketahanan thd penyakit          : Agak peka busuk jamur(Fusarium sp.)
Pemulia                                   : Abdul Jamil, Muchlizar Murkan, Syahrin Mardik, Salam ZA, dan Koes Hartojo

UJ-3
Dilepas tahun                          : 2000
Nama daerah                           : Rayong-6
Asal                                         : Introduksi dari Thailand
Potensi hasil                            : 20–35 t/ha umbi segar
Umur panen                            : 8–10 bulan
Tinggi tanaman                       : 2,5–3,0 m
Bentuk daun                           : Menjari
Warna pucuk daun                  : Hijau muda kekuningan
Warna petiole                          : Kuning kemerahan
Warna kulit batang                  : Hijau merah kekuningan
Warna batang dalam               : Kuning
Warna umbi                             : Putih kekuningan
Warna kulit umbi                    : Kuning keputihan
Ukuran tangkai umbi              : Pendek
Tipe tajuk                                : >1 m
Bentuk umbi                           : Mencengkeram
Bentuk daun                           : Menjari
Rasa umbi                               : Pahit
Kadar pati                               : 20,0–27,0%
Kadar air                                 : 60,63%
Kadar abu                               : 0,13%
Kadar serat                              : 0,10%
Ketahanan thd penyakit          : Agak tahan CBB (Cassava Bacterial Blight)
Peneliti/pengusul                     : Palupi Puspitorini, Fauzan, Muchlizar Murkan, Syahrin Mardik, Koes Hartojo

UJ-5
Dilepas tahun                          : 2000
Nama daerah                           : Kasetsart-50
Asal                                         : Introduksi dari Thailand
Potensi hasil                            : 25–38 t/ha umbi segar
Umur panen                            : 9–10 bulan
Tinggi tanaman                       : >2,5 m
Bentuk daun                           : Menjari
Warna pucuk daun                  : Coklat
Warna petiole                          : Hijau muda kekuningan
Warna kulit batang                  : Hijau perak
Warna batang dalam               : Kuning
Warna umbi                             : Putih
Warna kulit umbi                    : Kuning keputihan
Ukuran tangkai umbi              : Pendek
Tipe tajuk                                : >1 m
Bentuk umbi                           : Mencengkeram
Rasa umbi                               : Pahit
Kadar pati                               : 19,0–30,0%
Kadar air                                 : 60,06%
Kadar abu                               : 0,11%
Kadar serat                              : 0,07%
Ketahanan thd penyakit          : Agak tahan CBB (Cassava Bacterial Blight)
Peneliti/pengusul                     : Palupi Puspitorini, Fauzan, Muchlizar Murkan, Syahrin, Mardik, Koes Hartojo

MALANG 4
Dilepas tanggal                       : 22 Oktober 2001
SK Mentan                              : 524/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor klon                             : OMM 90-6-72
Nomor induk                           : MLG 235
Asal                                         : Silang terbuka dari induk betina ADIRA 4
Hasil rata-rata                          : 39,7 t/ha
Umur panen                            : 9 bulan
Tinggi batang                          : >2 m
Tipe percabangan                    : Tidak bercabang
Warna daun muda                   : Ungu
Warna daun tua                       : Hijau
Warna tangkai daun                : Hijau
Warna batang                          : Keunguan
Warna kulit umbi                    : Coklat (bagian luar), kuning (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih
Ukuran umbi                           : Besar
Bentuk daun                           : Menjari dengan lamina gemuk
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Pahit
Kadar pati                               : 25–32%
Kadar HCN                            : >100 ppm (metode asam pikrat)
Ketahanan thd hama               : Agak tahan tungau merah (Tetranichus sp.)
Keterangan                              : Adaptif terhadap hara suboptimal Pemulia : Koes Hartojo, Yudi Widodo, dan Titik Sundari

MALANG 6
Dilepas tanggal                       : 22 Oktober 2001
SK Mentan                              : 523/Kpts/TP.240/10/2001
Nomor klon                             : CMM 95066-1
Nomor induk                           : MLG 245
Asal                                         : Silang tunggal dari induk betina MLG 10071 dengan jantan MLG 10032
Hasil rata-rata                          : 36,41 t/ha
Umur panen                            : 9 bulan
Tinggi batang                          : >2 m
Tipe percabangan                    : Bercabang
Bentuk daun                           : Menjari dengan lamina gemuk
Warna daun muda                   : Ungu muda
Warna daun tua                       : Hijau
Warna tangkai daun                : Hijau muda
Warna batang                          : Abu-abu
Warna kulit umbi                    : Putih (bagian luar), kuning (bagian dalam)
Warna daging umbi                 : Putih
Ukuran umbi                           : Sedang
Kualitas rebus                                     : Baik
Rasa                                        : Pahit
Kadar pati                               : 25–32%
Kadar HCN                            : >100 ppm (metode asam pikrat)
Ketahanan thd hama               : Agak tahan tungau merah (Tetranichus sp.)
Keterangan                              : Adaptif terhadap hara suboptimal
Pemulia                                   : Koes Hartojo, Sholihin, dan Titik Sundari

Litbang UK-2
Dilepas tanggal                       : 3 Juli 2012
SK Mentan                              : 2427/Kpts/SR.120/7/2012
Asal                                         : Turunan dari hasil persilangan terbuka dengan tetua betina MLG 10.006 Tinggi tanaman : ±230 cm
Warna batang tua                    : Coklat gelap keabu-abuan
Warna batang muda                : Hijau
Warna daun muda                   : Hijau muda agak sedikit kecoklatan
Warna daun tua                       : Hijau
Warna tangkai daun                : Bagian atas : kombinasi antara merah dan hijau                                                         muda
 Bagian bawah : kombinasi antara merah kehijauan dan hijau muda
Warna kulit luar umbi             : Coklat
Warna kulit dalam umbi          : Kuning kecoklatan/krem
Warna daging umbi                 : Putih
Ukuran umbi                           : Sedang
Tipe percabangan                    : Tidak bercabang
Umur panen                            : 9–10 bulan
Potensi hasil                            : 60,4 t/ha
Rata-rata hasil                         : 42,2 t/ha
Kadar pati                               : 17,79% bb a dan 31,21% bb b
Kadar abu                               : ±2,06% basis kering b)
Kadar HCN                            : 31,02 ppm bb
Kadar serat                              : 1,28% bk
Kebutuhan umbi segar untuk mendapatkan 1 liter bioetanol 96% : 4,52 kg
Potensi hasil bioetanol 96%    : ±14,472 ltr/ha
Rata-rata hasil bioetanol 96% : 10,122 ltr/ha
Ketahanan terhadap hama      : Agak tahan hama tungau
Ketahanan terhadap penyakit : Agak tahan penyakit busuk akar/umbi (Fusarium spp.)
Pemulia                                   : Sholihin dan Titik Sundari
Peneliti                                    : A. Munip, E. Ginting, S.W. Indiati, dan M. Rahayu
Teknisi                                     : Wisnu Unjoyo dan Gatot Santoso
Pengusul                                  : Balitkabi
(sumber : BALITKABI 1978 – 2012)
C.    SYARAT TUMBUH
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah 100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan andosol.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat teretentu untuk dapat tumbuh optimal.
D.    BUDIDAYA TANAMAN UBI KAYU
1.    Penyiapan Bahan Tanam (Bibit)
Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua, tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang dianjurkan sebagai berikut :
-       Stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu
-       Berumur cukup tua, 10 – 12 bulan
-       Panjang 15-20 cm
-       Diameter 2-3 cm
-       Tanpa Penyimpanan
2.    Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.
Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan tiga cara pengolahan tanah sebagai berikut.
1.      Guludan : cara pengolahan tanah dengan membuat guludan – guludan, terutama untuk daerah – daerah yang sistem drainasenya kurang baik atau untuk penanaman pada musim hujan.
2.      Hamparan : cara pengolahan tanah dengan dibajak atau dicangkul 1 – 2 kali, kemudian tanah tersebut dirotor (dicampur dan diratakan) pada seluruh hamparan lahan yang tersedia. Pengolahan tanah cara hamparan cocok untuk daerah – daerah kering atau daerah yang sistem drainasenya baik.
3.      Bajang : cara pengolahan tanah dengan membuat lubang tanam, misalnya ukuran 100 cm x 100 cm x 50 cm, kemudian tiap lubang tanam diisi dengan pupuk organik (kotoran ternak, kompos). Pengolahan tanah cara bajang disebut sistem mukibat.
3.    Penanaman
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan atau kering, waktu tanam paling baikk adalah awal musim hujan atau setelah panen padi. Jarak tanam yang umum digunakan dalam pola monokultur ada beberapa alternatif yaitu 100×40 cm, 125×50 cm, atau 120×40.
Cara tanam pangkal stek dipotong rata atau runcing. Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata. Tanamlah stek dalam posisi vertical. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Jangan terbalik, pemotongan ujung stek meruncing, membantu agar stek tidak ditanam terbalik.
Kedalaman tanam 5 – 10 cm atau 1/3 batang stek pada musim hujan maupun musim kemarau. Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Tanah dengan kondisi ini akan menjamin kelancaran sirkulasi O2 dan CO2 serta meningkatkan aktivitas mikrobia tanah. Keadaan ini dapat memacu pertumbuhan daun untuk menghasilkan fotosintat secara maksimal yang akan ditranslokasikan ke tempat penyimpanan cadangan makanan (ubi) Ubi kayu secara maksimal.
E.     PEMELIHARAAN
1.    Penyulaman
Bibit yang mati atau abnormal harus disulam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan seawal mungkin, yaitu kisaran umur 1 – 4 minggu setelah tanam. Keterlambatan waktu penyulaman akan menyulitkan pemeliharaan tanaman karena umur dan fase tanaman tidak seragam. Cara penyulaman yaitu dengan mencabut bibit yang mati atau abnormal kemudian langsung menggantikannya dengan bibit yang baru.
2.    Pengairan
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur 4 – 5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung. Waktu pengairan yang paling baik adalah pagi hari atau sore hari, saat suhu udara tidak terlalu panas dan sinar matahari tidak terlalu terik.
3.    Penyiangan
Penyiangan sebaliknya dilakukan minimal dua kali selama pertumbuhan tanaman ubi kayu, yaitu pada kisaran umur 3 – 4 minggu dan 2 – 3 bulan setelah tanam. Tiap penyiangan diikuti dengan pembubuhan. Cara penyiangan yaitu dengan mencabut atau membersihkan (gulma) dari lokasi kebun.
4.    Pemupukan
Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa hara terbawa panenuntuk setiap ton umbi segar adalah 6,54 Kg N, 2,24 P2O5, dan 9,32 Kg K2O/ha/musim atau pada tingkat hasil 30 ton/ha sebesar 147,6 Kg N, 47,4 Kg P2O5, dan 179,4 Kg K2O/ha/musim. Hara tersebut harus diganti melalui pemupukan setiap musim. Tanpa pemupukan akan terjadi pengurasan hara, Sehingga kesuburan hara menurun dan produksi ubi kayu akan menurun. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :
-       Pupuk Organik  : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam
-       Urea                   : 150 – 200 Kg/ha
-       SP36                  : 100 Kg/ha
-       KCl                    : 100 – 150 Kg/ha
Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, berikan pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl sebagai pupuk dasar pada saat pengolahan lahan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat.
5.    Pembubuhan
Tujuan pembubuhan adalah untuk menggemburkan tanah, memperbaiki struktur dan drainase tanah, serta menjaga tanaman ubi kayu agar tidak mudah rebah. Waktu ideal untuk pembubuhan adalah 1 bulan sekali, akan tetapi untuk efisiensi tenaga dan waktu pembubuhan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Cara pembubuhan dengan menggemburkan tanah di sekitar batang kemudian menimbunkan tanah pada bagian pangkal batang hingga membentuk guludan kecil.
6.    Pembuangan Tunas
Tiap batang tanaman ubi kayu biasanya dapat tumbuh lebih dari dua tunas. Tanaman yang bertunas terlalu banyak, tumbuh rimbun (rindang) mengakibatkan batang tanaman kecill sehingga kurang baik dijadikan bibit pada musim tanam berikutnya. Tiap tanaman ideal dipelihara 1 – 2 tunas atau cabang. Waktu yang tepat saat pembuangan tunas atau cabang yaitu ketika tanaman berumur 1 – 1,5 bulan setelah tanam.
F.     HAMA DAN PENYAKIT
1.    Hama
Hama penting yang menyerang tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut.
a.    Tungau Daun Merah
1.      Ciri – ciri hama
-       Berukuran kecil ± 1 mm, berkaki empat pasang ditumbuhi rambut – rambut, dan kakinya bersegmen.
-       Serangan betina dewasa meletakkan telur di dekat urat – urat daun. Telur berwarna kuning, berdiameter ± 0,25 mm.
-       Nimfa terdiri dari tiga intisar, perbedaan tiap intisar terletak pada warna dan pasangan kaki.
2.      Cara menyerang dan gejala seranagan
-       Hama menyerang tanaman ubi kayu berumur 4 – 7 bulan, terutama pada musim kemarau.
-       Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun sehingga daun berubah warna dari hijau menjadi berbintik – bintik kemerah – merahan. Serangan diawali dari daun – daun tua, kemudian menjalar ke daun – daun muda.
-       Serangan berat dapat menyebabkan daun regas dan rontok, bahkan terkadang dibagian ubinya terdapat suatu lingkaran berwarna kebiru – biruan.
3.      Pengendalian
-        Pengendalian non kimiawi, dengan cara pemangkasan daun yang terserang berat untuk dibakar, rotasi tanaman, dan penanaman varietas yang tahan.
-       Pengendalian kimiawi, dengan cara pengaplikasian pestisida (insektisida).
b.   Uret (lepholis rorida Rabr. Sin. Xylemthropus spp.)
1.      Ciri – ciri hama
-       Kumbang berukuran 2 – 2,5 cm, bagian dada berwarna hitam sampai cokelat, sayap berwarna cokelat cerah dengan tepi perut putih.
-       Stadium hama yang menyerang tanaman ubi kayu adalah larva (uret). Uret umumnya dijumpai pada kedalaman 15 – 35 cm didalam tanah.
2.      Cara menyerang dan gejala serangan
-        Hama memakan baik bagian tanaman atau stek yang ada didalam tanah maupun akar yang sedang tumbuh.
-        Gejala serangan di permukaan tanah : daun – daunnya layu, menguning, dan akhirnya mengering. Serangan hama umumnya terjadi pada tanah yang kering, lembab, dan gembur.
3.      Pengendalian
-       Nonkimiawi, dengan cara mencari dan menangkap uret untuk dimusnahkan, rotasi tanaman, sanitasi kebun dari sampah atau limbah, dan musuh alami tawon (Campsomeris).
c.    Anai – anai atau Rayap (Macrotermes gilvus Hag.)
1.      Ciri – ciri hama
-       Hidup berkelompok dan membuat sarang dalam tanah
-       Serangga dewasa bersayap dan dapat terbang
-       Kehidupan rayap dibagi dalam kasta – kasta.
2.      Cara menyerang dan gejala serangan
-       Merusak pangkal batang atau stek ubi kayu yang baru ditanam
-       Kulit dan bagian batang rusak tidak teratur dan penuh dengan kotoren tanah.
3.      Pengendalian
-       Nonkimiawi, memasang pasak bilah bambu ditengah – tengah pangkal stek yang baru ditanam untuk mengalihkan serangan pada akar
-       Kimiawi, aplikasi insektisida yang mangkus.
d.   Kutu Sisik (Pseudaulacapsis sp)
1.      Ciri – ciri hama
-       Kutu betina berbentuk pipih, diameter 2 – 2,5 mm, berwarna abu –abu dengan bekas pembungkus kulit berwarna gelap
-       Nimfa muda berwarna merah, kemudian berubah menjadi putih pada punggungnya.
2.      Cara menyerang dan gejala serangan
-       Menyerap cairan bagian daun dan tangkai tanaman
-       Menyebabkan tanaman kerdil, seranagan berat menyebabkan keriting daun atau mati pucuk.
3.      Pengendalian
-       Nonkimiawi, rotasi tanaman dan memangkas bagian yang terserang
-       Kimawi, , aplikasi insektisida yang mangkus.
e.    Babi Hutan
Hama ini hanya menyerang pertanaman ubi kayu di pinggir hutan. Seluruh bagian tanaman dirusaknya, terutama ubi ubinya. Pengendaliannya dengan cara mengadakan pemburuan, membuat pagar kuat di sekeliling kebun, menjaga atau menghalaunya, dan menggunakan racun (insektisida).
2.    Penyakit
Penyakit penting yang sering menyerang tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut.
                     a.      Layu Bakteri
1.    Penyebab dan lingkungan hidup penyakit
-       Penyebab layu adalah bakteri Pseudomonas solanacearum E.F Smith
-       Banyak dijumpai pada daerah yang tingkat kelembabannya tinggi, dan dapat bertahan lama dalam tanah.
2.    Gejala serangan
-       Daun layu mendadak seperti tersiram air panas, akar dan batang hingga ubi busuk lunak berlendir yang berbau asam atau anyir
-       Serangan berat dapat menyebabkan kematian pada tanaman.
3.    Pengendalian
-       Menggunakan varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, dan rotasi tanaman.
                     b.      Bercak Daun Bakteri
1.    Penyebab dan lingkungan hidup penyakit
-       Penyebabnya adalah bakteri Xanthomonas manihotis, sering disebut “CBG” (Cassava Bacterial Blight)
-       Menyerang pada daerah yang curah hujan tinggi.
2.    Gejala serangan
Terjadi becak – bercak bersudut pada daun, seolah – olah tembus cahaya, kemudian layu, bergetah, daun mengering dan menggantung akhirnya tanaman mati.
3.    Pengendalian
-       Menggunakan varietas yang tahan, memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit berat, dan rotasi tanaman.
                      c.      Bercak Daun Cokelat
1.    Penyebab dan lingkungan hidup penyakit
-       Penyebab adalah cendawan Cercospora heningsii
-       Menyerang pada daerah yang berkelembaban tinggi
2.    Gejala serangan
Daun yang terserang akan terlihat bercak – bercak cokelat, mengering, lubang – lubang kecil, dan jaringan daun mati.
3.    Pengendalian
-       Menggunakan varietas yang tahan, memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit berat, pelebaran jarak tanam, dan sanitasi kebun.

                     d.      Bercak Daun Konsentris
1.    Penyebab dan lingkungan hidup penyakit
-       Penyebab adalah cendawan phoma phyllostica
-       Lingkungan hidup adalah daerah yang berkelembaban tinggi.
2.    Gejala serangan
-       Daun berbecak kecil dengan titik – titik pada bagian tengah, terutama pada bagian daun – daun muda
-       Serangan berat menyebabkan daun layu dan berguguran.
3.    Pengendalian
-       Menggunakan varietas yang tahan, memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang sakit berat, pelebaran jarak tanam, dan sanitasi kebun.
G.    PANEN DAN PASCA PANEN
1.    Panen
Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7 – 9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil pada umur 7 – 9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Berikut adalah tehnik panen yang benar :
  • Buanglah batang – batang ubi kayu terlebih dahulu.
  • Tinggalkan pangkal batang ­+ 10 cm untuk memudahkan pencabutan
  • Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.
Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian angkatlah perlahan – lahan ke atas.
2.    Pasca Panen
Hasil ubi kayu biasanya dalam bentuk ubi segar. Penanganan pasca panen ubi segar meliputi tahap – tahap sebagai berikut :
1.    Pengumpulan Hasil
Kumpulkan hasil panen ubi di tempat (lokasi) yang strategis, yaitu tempat yang aman dan mudah dijangkau oleh angkutan
2.    Sortasi
Pilih dan pisah – pisahkan ubi yang baik dari ubi yang memar atau rusak, dan berdasarkan ukuran ubi
3.    Penyimpanan
-       Membuat lubang dalam tanah, ukuran sesuikan jumlah ubi yang akan disimpan
-       Memberikan alas dasar lubang dengan daun – daun, misalnya daun nagka atau daun ubi kayu
-       Masukkan ubi kayu secara teratur, kemudian tutup dengan daun – daun segar atau jerami
-       Masukkan ubi pada lapisan kedua dan seterusnya hingga lubang tersebut terisi beberapa lapis ubi. Tiap lapisan ubi ditutup daun – daun segar atau jerami
-       Timbun lubang berisi ubi dengan tanah sampai permukaan lubang berbentuk cembung.




BAB III
KESIMPULAN
Ubi kayu, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau singkong, adalah tanaman musiman tropika dan subtropika. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis singkong yang ditanam. Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan.
Peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya pengembangan ubikayu merupakan salah satu upaya yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar pada produksi tanaman pangan mendatang.















DAFTAR PUSTAKA
-          Aman. 2013. Makalah Ubi Kayu. http://amanforever95.wordpress.com /2013/04/28/makalah-ubi-kayu/ (diakses pada tanggal 9 November 2013).
-          Balitkabi. 2012. Budidaya Ubi Kayu. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.  http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/hasil-penelitian/ ubi-kayu/224-budidayaubikayu.html (diakses pada tanggal 9 November 2013).
-          Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogyakarta.
-          Yanto, Hery. 2013. Makalah Budiday Ubi Kayu. http://heryantos.blogspot. com/2013/04/makalah-budidaya-ubi-kayu-manihot.html (diakses pada tanggal 9 November 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar